MIMPI
NYATA
Pesawat
yang kunaiki ini tinggal lepas landas pagi ini. Segera mengencangkan sabuk
pengaman. Lagi-lagi aku ke benua Eropa terus menanam bibit bibit kecil tanaman
mimpi yang selalu tertulis di buku agendaku. Adik kecil dua bangku disebelah terus
saja menangis. Kasihan melihatnya. Ibunya berusaha membujuk agar diam takut
mengganggu sekitar. Sejak dari tadi telepon genggam telah di-non aktifkan-kan. Akan ada banyak
panggilan tak terjawab dari beberapa korelasi bisnisku. Managerku pun tak kalah
sibuknya. Sejenak saja agar aku menenangkan pikiran walau tetap akan ada
pertemuan disana.
Kuinjakkan
kaki di negeri antah berantah ini. Menara Eiffel itu tampak berdiri kokoh
tanpa bantuan. Benar saja banyak
panggilan tak terjawab itu, tapi tunggu, ada satu panggilan tak terjawab dari
nomor tak dikenal, nomor yang selama ini samar samar dalam ingatan. Langung
saja aku mencoba menelpon balik.
“Assalamu’alaikum
Adam, ini aku Ridwan” suara itu terdengar jelas, sontak aku akannya. Kembali
terulang kenangan bersamanya. Hening sebentar. Betapa aku sangat merindukannya.
Suara itu terus saja memanggil namaku, hampir terjatuh air mata ini.
“Wa’alaikum Salam Warohmatullah Wabarokatuh
Ridwan, Apa kabar kamu Ridwan, Kenapa kamu hilang dan muncul tiba-tiba?” jawabku
girang bukan kepalang
“He..he..baik,
sory sory selama ini aku gak ada
menghubungimu, aku mendengar kamu sekarang berada di Prancis, aku mencari-cari
nomormu, aku berada di Prancis juga sekarang, ayo datang ke rumahku, istriku
akan memasakkan makanan lezat untuk menyambut tamu istimewa,” jelasnya padaku
Aku
kaget, senang, bahagia bercampur baur. Aku sangat menyayangi saudaraku itu.
Segera aku mencatat alamat rumahnya. Setelah pertemuan penting itu akan aku
akan segera pergi mengunjunginya.
***
“Adam,
bagaimana ini aku ndak mengerti,”
eluhnya padaku. Segera menoleh kearahnya. Materi tentang Comparison membuatnya pusing. Aku menjelaskan padanya dengan bahasa
yang mudah dimengerti. Alhamdulillah ternyata
dia mengerti dengan baik.
Lantas
saja dia selalu mengeluh kepadaku bahwa dia adalah satu dari banyaknya
Mahasiswa yang salah pilih jurusan. Gurunyalah yang memilihkannya masuk ke
jurusan Bahasa Inggris, prodi pendidikan. Kami kenal sejak awal masuk
pendaftaran ulang Universitas Negeri Padang. Langsung saja mencari kamar kost bareng.
Sejak itu awal pertemanan hingga persahabatan. Suka duka empat tahun bersama.
Aku
dan Ridwan saling bahu membahu dalam menyelesaikan tugas kuliah. Masalah
organisasi pun, kami sama. Tak jarang kami menyukai teman wanita yang sama.
Tetapi kami kurang setuju dengan pacaran, jadi kami hanya berteman dengannya
saja tidak lebih. Menurut kami pacaran akan menambah biaya hidup kami yang
masih belum bekerja ini, sabarlah dahulu pasti ada jalannya di kemudian hari.
Tubuh
tinggi atletis Ridwan ditambah dengan dua gingsul yang tampak jika ia tersenyum
kadang membuat teman-teman wanita kami terpukau akannya, belum lagi kulitnya
yang putih bersih menambah daya tariknya. Tetapi mereka hanya meneguk ludah
karena Ridwan tidak ingin pacaran terlebih dahulu.
Sedang
aku yang bertubuh kurus tinggi dengan kulit tak seputih Ridwan. Urat wajah
tegas mengesankan bahwa aku seorang yang berwibawa. Menurutku wajahku juga enak
dipandang. He he itu menurutku.
Semester satu yang menyenangkan. Aku dan Ridwan magang di
organisasi EDEC English Debating
Community. Senin sampai jum’at jadwal kuliah sedang sabtu dan minggu jadwal
latihan debat di lokasi EDEC.
“I don’t agree with
Government pay the begger to go out from the city because.. ee.. They go into..
ee.. the other city will.. ee.. be a begger again.. ee.. No usefull to
Indonesia” kataku masih tidak lancar berbahasa inggris kala aku latihan debat
sore siang itu.
Ridwan
tak kalah menarik hampir setengah yang diucapkannya masih berbahasa Indonesia.
Tetapi itulah kami. Selalu latihan dengan semangat. Tugas kami hanyalah
berusaha memperlancar bahasa Inggris kami walau sering membuat grammar hancur tak berbekas. Walau
bahasa inggris menjadi korban atas pem-bully-an
kami.
Aku yakin Orang Inggris tidak mengerti apa
yang sedang kami ucapkan. He he.. itu
tidak masalah buat kami. Teman kami yang lain mencemooh menganggap bodoh dengan
speaking kami yang buruk. Kau tahu
kawan, itulah yang kami jadikan motivasi agar selalu menggunakan Bahasa Inggris
sebagai bahasa sehari hari.
“Adam
ada lomba debat di Riau bulan Maret nanti, ayo kita ikut” kata Ridwan semangat
mengebu-gebu dia sangat yakin di semester dua ini kami lebih mampu berbahasa
dengan baik.
“Iya
– iya, ayo, bagaimana dengan biayanya?, tidak mungkin aku meminta orang tuaku,
sudah cukup mereka pusing memikirkan uang kuliah tunggalku” tanyaku ragu
“Tenang
saja masalah proposal sudah diurus, kita terbang saja” jawabnya santai.
Seungging senyum kuberikan untuknya. Kami langsung
mengurus tentang jadwal pemberangkan dan menambah sesi latihan debat kami. Di
sela sela jadwal kuliah kami latihan dengan sungguh sungguh.
Michel, anak dari ibu yang berdarah Indonesia sedang ayah
berasal dari Amerika itu sangat tidak suka akan kesungguhan kami. Tentu saja
bahasa Inggrisnya lancar sama seperti bahasa Indonesianya. Dia juga mengikuti
lomba itu. Tetapi sifat sombongnya telah menipu banyak hal tentang dirinya.
Masuk,
diam menelikung dan tajam menyingkirkan. Sangat tidak senang jika yang
mendapatkan beasiswa atau IP tertinggi di kelas tidak dia. Melihat kami sangat
bersungguh-sungguh ia sering mengolok dari belakang dan dari depan.
Kami
tahu persis bagaimana sifatnya itu. Kami hanya mendiamkannya. Lomba itu semakin
dekat. Besok kami akan berangkat.
***
Apa
tadi kataku kawan, sifat sombongnya akan menipu banyak hal akannya. Dia tidak
memenangkan lomba debat itu, begitu juga dengan kami. Paling tidak kekalahannya
sedikit banyak menutup mulutnya yang banyak mencemooh teman-teman yang lain.
Semoga dia bisa berubah. Sekarang dia malu berinteraksi dengan teman-teman.
Lomba demi lomba selalu kami ikutin bersama dalam semester dua ini. Dimana-mana
seantreo Indonesia ini.
Tetapi
belum ada satu lomba pun yang kami menangkan. Pantang menyerah, tetap usaha dan sabar itu motto kami. Michel
hanya geleng – geleng kepala melihat kami yang selalu mengikuti berbagai
kompetisi, sejak kompetisi di Riau itu dia tidak mengikuti lomba debat lagi.
Kami
hanya tersenyum selalu menerima kekalahan kami yang sudah ke tujuh kali ini.
Yakin dengan yang akan didapat sebagai buah dari kegagalan.
Setelah
berjuang mendapatkan IP tinggi 3,5 sedang Ridwan 3,2 di semester dua. Kami
menyambut semester tiga dengan suka cita. Bahagia menelusuk ke dalam jiwa
tertanam kuat hingga ke akar – akarnya. Senyum indah terkuak kembali.
Benar
saja, Sudah setahun terakhir ini kami berjuang keras hingga di kompetisi debat
di Malang untuk pertama kalinya kami memenangkannya. Teman teman yang dahulu
mencemooh kami hanya terkejut mendengar kabar, lantas tak menghiraukan, ya
seperti angin lalu. Tidak sadar dengan segala apa yang telah mereka ucapkan.
Kompetisi
demi kompetisi kami ikuti, menang kalah selalu berada di tangan. Hingga kami
mencoba ke tingkat ASEAN, Kami juga mencoba tawaran beasiswa bagi Mahasiswa
yang IP > 3,5 di semester selanjutnya.
Buah
demi buah kegagalan kami dapatkan sampai kami wisuda dengan gelar Cumlaude di tanganku, Ibu dan bapak
datang dari Medan melihat anak muda nan gagah ini memakai Toga kebanggaan. Ibu
dan ayah menitikkan air mata buatku. Mereka kecup keningku. Sungguh air mataku
tidak dapat ditahan. Aku menangis bahagia.
Aku
lulus dalam penawaran beasiswa S2 di Edenberg Univercity di Inggris. Sedangkan
Ridwan mengambil S2 IAIN jurusan Tafsir Inggris di Jakarta. Sejak pergi ke
Inggris, sejak itu pula aku putus hubungan dengan Ridwan. Semua akun media
tidak dapat menghubunginya. Aku tidak tahu sebab musababnya.
***
Lamunanku
terputus ketika taksi yang kunaiki ini telah sampai di tempat yang kutuju.
Kampus di Prancis ini sangat megah dan besar. Sebentar lagi aku akan berhadapan
dengan mahasiswa – mahasiswa intelektual di Negeri ini. Mr. Adam mereka memanggilku sebagai dosen terbang Bahasa Inggris
mereka. Ini sudah keberapa kalinya aku ke kampus ini.
Beberapa
aset usahaku seperti perkebunan kelapa sawit dan teh telah berkembang di
Indonesia. Aku adalah dosen tetap di Universitas Andalas dan sering dipanggil
ke berbagai Universitas di dunia. Namaku Adam Syarif telah di kenal sebagai
dosen berintelektual yang tinggi dan berkualitas.
Sedangkan
aku bertemu dengan kekasih hatiku di Padang bernama Siti Nurhayati. Sejak dua
tahun bersama kami diberikan satu anak laki – laki yang manis. Sungguh sangat
indah dunia ini menurutku.
Setelah
pertemuan itu aku langsung menuju rumah Ridwan. Peluk erat, sangat hangat. Betapa
aku sangat merindukannya. Dia mendapatkan kekasih hati berdarah Prancis
ternyata. Sungguh sangat beruntung. Tentu saja yang beragama Islam. Aku tahu,
ceritanya pasti tidak kalah menarik dengan ceritaku. Sungguh malam – malam
indah bersama.
***
Kau
tahu kawan, tidak banyak orang yang percaya ceritaku. Tapi ketahuilah bahwa ini
nyata. Aku sangat menjunjung tinggi nilai nilai kebaikan dalam hidup. Berfikir
positif adalah kuncinya. Tentu saja dengan penanaman ilmu agama yang baik
membuahkan pribadi yang semangat dunia dan akhirat. Salam Sukses teman.
“Usaha adalah langkah awal sukses dan sabar adalah langkah keduanya, sedang langkah ketiga dan
selanjutnya adalah sabar, sabar dan sabar, niscaya langkah terakhir adalah
titik kesuksesan, sedang sombong dan
gengsi hanya akan menghancurkan
sukses”
Princess
Khodijah telah lama menyukai dunia tulis menulis baik menulis cerpen maupun
puisi. Dapat menghubunginya melalui akun facebook
Fadhilah Muslimah Ats, fadhilahmuslimah@yahoo.com
twitter : @princesskhodija 081377226311